UNAIR Klaim Temukan 5 Obat Kombinasi untuk Atasi Covid-19

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah mengumumkan 5 kombinasi obat untuk menangani virus Covid-19. Kombinasi obat ini ditemukan oleh tim peneliti dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya.

 

Penelitian ini didukung juga oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

 

Temuan obat ini merupakan kombinasi dari beberapa obat yang telah tersedia sebelumnya di pasaran dan didapatkan setelah ilmuwan meneliti 14 regimen kombinasi obat.

 

Obat yang digunakan pun terjamin keamanannya karena telah lulus uji klinis fase 3 dan terdaftar di BPOM.

 

“Obat yang beredar di pasaran itu sudah melalui berbagai macam uji sampai mendapat izin edar dari BPOM.” ujar Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Stem Cell UNAIR, Dr Purwati dalam konferensi pers daring pada Jumat (12/6), seperti dikutip dari liputan6.com.

 

Dosis setiap obat dalam kombinasi adalah ⅕ dan ⅓ dari dosis penggunaan tunggal masing-masing obat. Pengurangan dosis dilakukan untuk mencegah toksisitas yang tinggi saat obat digunakan secara tunggal.

 

Sejumlah kombinasi obat ini dikatakan dapat memberikan reaksi dalam 24 jam - 72 jam.

 

5 kombinasi obat yang ditemukan adalah sebagai berikut;

  • lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne
  • lopinavir/ritonavir dengan doxycyline
  • lopinavir/ritonavir dengan chlaritromicyne
  • hydroxychloroquine dengan azithromicyne
  • hydroxychloroquine dengan doxycyline

 

Lopinavir-Ritonavir merupakan kombinasi obat antivirus yang digunakan untuk melawan virus HIV yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.

 

Pada bulan Februari lalu, dokter di Thailand menemukan perbaikan pada kondisi pasien Covid-19 yang diberikan kombinasi obat ini.

 

Azithromycin adalah obat antibiotik makrolida yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis infeksi bakteri seperti infeksi pernapasan, kulit, telinga, dan mata.

 

Azithromycin juga kerap digunakan untuk mengobati penyakit menular seksual.

 

Doxycycline merupakan obat antibiotik tetrasiklin. Umumnya, obat ini digunakan untuk infeksi saluran kemih, usus, pernapasan, atau mata.

 

Doxycycline juga umum digunakan untuk mengobati jerawat, penyakit gusi, gangguan kulit rosacea dan beberapa penyakit menular seksual.

 

Clarithromycin adalah obat antibiotik makrolida yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu seperti infeksi telinga, sinus, kulit, tenggorokan, serta pneumonia dan bronkitis. Clarithromycin bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.

 

Hydroxychloroquine merupakan obat yang umum digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati lupus erythematosus dan rheumatoid arthritis. Cara kerja obat ini adalah dengan mempengaruhi cara kerja sistem kekebalan tubuh untuk bekerja kembali.

 

Berkaitan dengan hydroxychloroquine, sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal New England Journal of Medicine, menemukan kalau hydroxychloroquine tidak efektif dalam mencegah penularan virus Covid-19.

 

Kelima obat ini memiliki efektivitas yang lebih baik dalam membunuh virus SarsCov2 yang merupakan virus Covid-19. Obat-obat ini mampu menekan replikasi virus dan menghambat pertumbuhannya.

 

Namun, regimen kombinasi obat ini belum didistribusikan secara bebas dan diperjualbelikan untuk umum sampai saat ini.

 

“Akhir Juni baru kami lakukan uji klinis, uji klinis ini dibutuhkan jika memang obat kombinasi ini dijadikan obat tunggal dan dipasarkan bebas,” ujar Rektor UNAIR, Prof Moh Nasih, seperti dilansir dari tribunjogja.com. (tsm/nab)