Jelang Hari Anak, KPPPA & WVI Rilis Modul Pengasuhan Remaja

Jakarta, 07/07/21 - Jelang Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) merilis dua modul berkaitan dengan pengasuhan remaja pada Rabu (7/7). Adapun judul kedua modul tersebut yakni “Pengasuhan Dengan Cinta Selama Pandemi” dan “Keterampilan dan Kecakapan Hidup Remaja di Masa Pandemi”.

Modul yang memuat berbagai langkah praktis terkait pengasuhan ini memiliki tujuan untuk membantu menjawab kebutuhan pengasuhan dan ketrampilan remaja. Kehadiran modul ini juga diharapkan dapat terwujud sampai tingkat yang paling dasar.

"Modul disusun untuk memastikan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak, agar anak memeiliki keterampilan hidup dan dapat berpartisipasi dengan optimal di masyarakat. Modul ini dapat dilatihkan kepada pendamping dan fasilitator remaja, forum anak, penggiat anak/remaja, psikolog atau konselor PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) atau tokoh masyarakat, dan untuk selanjutnya dapat diteruskan kepada remaja," ungkap Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Agustina Erni.

Alami Banyak Tekanan

Kehadiran modul ini tidak terlepas dari situasi pandemi yang masih terjadi sampai sekarang. Berbagai permasalahan dihadapi kelompok usia remaja (10-19 tahun) dalam menghadapi COVID-19. Salah satunya diungkapkan oleh Marisya Putri Nur Luthfia (16) dari Forum Anak Nasional.

“Kami kaget ketika pandemi terjadi, tiba-tiba harus di rumah saja, belajar dari rumah, kerjakan tugas di rumah. Jadi PR banget bagaimana supaya bisa stabil tidak mudah stress tidak mudah marah. Interaksi sama teman berkurang, kehilangan orang tersayang karena COVID-19, sebagian teman-teman juga kesulitan sekolah online karena fasilitasnya terbatas," ungkapnya dalam acara peluncuran modul tersebut.

Apa yang diujarkan Marisya sejalan dengan temuan survey KPPPA pada tahun 2020. Sebanyak 13% responden mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan depresi ringan hingga berat. Sisanya 87% tanpa gejala. Berdasarkan rentang usia 14-18 tahun, responden mengalami gejala depresi bahkan mencapai 93%.

Keadaan tersebut akan semakin parah apabila orangtua ataupun keluarga terdekat tidak siap dalam menangani depresi yang dialami anak. Rapid Need Assessment (RNA) WFI tahun 2020 menyimpulkan bahwa masih terdapat 28,7% responden yang hanya dapat menangani sebagian ketika hal tersebut terjadi.

Menuju Indonesia Layak Anak 2030

Karena alasan ini, pendampingan pengasuh remaja menjadi penting. "Bila bangunan keluarga cukup kuat maka ia tidak menghancurkan tetapi bila bangunan keluarga rapuh maka bisa hancur, demikian juga dengan ketangguhan remaja dan orangtuanya. " kata Psikolog Keluarga Alissa Wahid.

Terlebih terdapat capaian bahwa Indonesia akan menjadi negara layak anak di tahun 2030. CEO dan Direktur WVI Angelina Theodora menilai bahwa itu dapat tercapai apabila setiap keluarga sudah memiliki kemampuan mengasuh yang mumpuni. Angelina berharap agar modul ini dapat menjadi solusi di tingkat hulu dan menjadi pegangan keluarga dan remaja, terutama dalam situasi pandemi COVID-19.

Modul Pengasuhan Remaja yang baru saja dirilis mendapatkan banyak pujian. Public figur Yosi Mokalu mengapresiasi peluncuran modul untuk remaja karena akan sangat berguna bagi orangtua. Begitu pula dengan Psikolog PUSPAGA Kota Tangerang Selatan Dewi Bintari yang berharap agar melalui modul tersebut, situasi pandemi akan menjadi kesempatan untuk menghangatkan hubungan antara orangtua dan anak.

(Jacko Ryan)