Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, Milenial Diajak Untuk Lindungi Lingkungan

Bengkulu- Pada peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, kesadaran publik khususnya kaula muda dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia masih rendah. Melihat faktor tersebut, Komunitas Eco Human Global bersama Hutan Itu Indonesia menyelenggarakan webinar Mata ke Hati untuk mewujudkan masyarakat cinta lingkungan, khususnya keanekaragaman hayati.

Kegiatan ini diselenggarakan pada Sabtu, 22 Mei 2021 dengan menghadirkan empat narasumber yang berkompeten di bidang lingkungan yaitu Tri Mumpuni selaku Direktur IBEKA, Aditya Dipta Anindita M.Si sebagai co-founder Sokola Institute, Ahmad Sopian S.Hut sebagai penyuluh kehutanan madya Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Sarno selaku Ketua Kelompok Tani Hutan Desa Air Tenam. Serta dihadiri peserta dari seluruh daerah di Indonesia sebanyak 244 orang didominasi pemuda yang antusias terhadap fenomena lingkungan.

Ketua Panitia Acara "Mata ke Hati", Hafiani Putri Agustin menuturkan kegiatan webinar ini dapat meningkatkan kesadaran publik dalam menjaga lingkungan khususnya flora dan fauna di Indonesia yang menjadi tolak ukur keanekaragaman hayati di Asia Tenggara. Dengan mewujudkan hal webinar “Mata Ke Hati” ini diharapkan masyarakat cinta keanekaragaman hayati di Indonesia.

“Hal itu berdasarkan Global Assessment Report on Biodiversity 2019 diprediksi 24-25% mamalia dan burung di Asia Tenggara akan mengalami kepunahan,” tuturnya saat membuka kegitan, Sabtu (22/5/2021).

Ia pun menjelaskan, Indonesia adalah negara megabiodiversitas kedua terbesar, dan hutan menjadi rumah yang penting dalam menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki.

“Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara megabiodiversitas setelah Brazil yang memiliki 10 persen tumbuhan, 12 persen fauna di dunia. Serta Indonesia pun menyimpan 12 persen dari mamalia dunia, 37 spesies primata asli yang menjadi surga bagi berbagai spesies burung khas Indonesia. Sedangkan, dari spesies flora mencakup 15,5 persen dari jumlah total di dunia,” paparnya saat membuka kegiatan.

Sementara itu, dalam menjaga keanekaragaman hayati, Direktur Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), Tri Mumpuni menjelaskan strategi yang efektif salah satunya memberikan pemahaman bagi masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal.

“Membuat suatu tuntutan daerah X misalnya, agar terus dijaga dengan luas daerah tertentu melalui pendekatan ilmiah  dan memberikan perhatian khusus kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan melalui program perhutanan masyarakat dengan cara sertifikasi lahan yang membuat orang-orang mawas diri,” jelasnya.

Sarno, Ketua Kelompok Desa Air Tenam menuturkan, kolaborasi manusia dengan alam dapat menghasilkan pengaruh yang baik salah satunya dapat mengembangkan energi terbarukan di Desa Air Tenam.

“Menjaga hutan dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar hutan. Salah satunya dapat mengelola hutan melalui berbagai skema yang dapat diterapkan untuk kebermanfaatan seperti air terjun untuk listrik, dan pengembangan skema hutan rakyat untuk mendukung kesejahteraan masyarakat desa,” tuturnya.

Ia pun menjelaskan, strategi masyarakat Desa Air Tenam dalam menjaga keanekaragaman hayati sekitar yaitu dengan cara berkolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya pemerintah setempat dalam mengembangkan beberapa produk barang dan jasa.

“Seperti pengembangan produk hasil hutan non kayu berupa kopi, madu, durian. Serta pengembangan jasa eco-wisata seperti air terjun dan arung jeram,” jelasnya.

Hal ini juga diungkapkan oleh Adithya Dipta, Co-Founder Sokola Rimba yang menjelaskan dari segi kelompok masyarakat adat pun memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keanekaragaman hayati.

“Meskipun jumlah mereka hanya 5 persen dibandingkan masyarakat secara umum, masyarakat adat mempunyai sistem adat yang akan mengatur lingkungannya berupa hukum adat maupun kepercayaan yang mereka miliki,” jelas Adithya.

Dalam penghujung paparannya, ia pun memberikan pesan kepada generasi muda untuk mencari pengetahuan yang banyak mengenai lingkungan, guna mendorong implementasi sadar akan lingkungan.

“Dengan mendorong generasi muda supaya mereka senang mencari atau meng-upgrade pengetahuan mereka melalui kegiatan yng bermanfaat, sebagai (implementasi) kurikulum penjagaan lungkungan ke sistem pembelajaran formal, serta mulai bergerak dan sadar akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati kita,” pungkasnya.

(Taufik Saepuloh)