Cara Mengatasi Sisa Makanan Agar Tidak Menjadi Sampah

Tingginya angka penduduk dunia dari tahun ke tahun membutuhkan lebih banyak pasok makanan untuk mencukupi kebutuhan setiap manusia. 

Produksi pangan global yang meningkat menyebabkan limbah makanan yang terbuang melonjak tinggi. Dilansir dari BBC, ada sekitar 40% dari semua makanan yang terbuang padahal  10% populasi manusia di dunia sedang mengalami kelaparan. Sisa makanan yang terbuang juga berkontribusi terhadap perubahan iklim dan meningkatkan risiko kerawanan pangan. 

Untuk mencukupi kebutuhan pangan global diperlukan lahan pertanian yang luas. Namun, perlu disadari bahwa perluasan lahan pertanian tidak menjamin adanya ketahanan pangan secara global. Bahkan, perluasan lahan pertanian dapat menyebabkan risiko merusak lingkungan seperti hilangnya nutrisi dari tanah, memicu perubahan iklim, dan mendorong hilangnya keanekaragaman hayati. 

Dikutip dari Bisnis, Kepala Penelitian Studi Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menyebutkan bahwa jumlah penduduk akan terus meningkat akan tetapi jumlah lahan akan tetap sama dan jumlah lahan tersebut harus bisa berbagi dengan kebutuhan infrastruktur dan industrialisasi. 

Tak harus memperluas lahan pertanian, ada cara lain untuk meningkatkan jumlah makanan yang dihasilkan. Salah satu caranya dengan mengurangi jumlah sampah makanan dengan berhenti untuk melakukan pemborosan makanan agar bisa memberantas kerawanan pangan dan mengatasi perubahan iklim. 

Di negara berkembang, keterbatasan teknologi, minimnya tenaga kerja, keuangan, dan infrastruktur yang kurang tepat menjadi penyebab utama hilangnya pangan. Sedangkan di negara industri, jika harga tanaman pangan terlalu rendah, petani akan memilih untuk tidak memetik pangan tanaman di ladang mereka dan produk yang belum sempurna tidak layak dipetik karena konsumen seringkali menghindarinya. Apalagi buah yang terlalu matang, sayuran yang tidak merata, atau produk yang kurang berkualitas seringkali berakhir di tempat pembungan sampah atau dibiarkan begitu saja di tanah. Hal inilah yang menyebabkan pemborosan makanan atau meningkatnya sampah makanan. 

Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa cara dengan menerapkan penggunaan mesin robot dengan membantu dalam memetik pangan tanaman yang lebih akurat. Namun, penggunaan mesin robot nyatanya masih memiliki kekurangan karena kurang bisa melihat tanaman yang sudah matang.

Mudahnya, masyarakat global bisa memanfaatkan sisa makanan yang terbuang dengan mendaur ulang dan mengurangi sisa makanan agar tidak terjadi pemborosan. Misalnya, menggunaan daun teh yang telah disaring sebagai pemanfaatan pupuk. Jangan sampai makanan yang tersisa, terbuang begitu saja di tempat sampah. Selama makanan tersebut masih layak dikonsumsi, dapat diolah dengan memanfaatkan ide-ide kreatif masakan. Sebagai contoh, susu yang tersisa dapat diolah menjadi puding dan roti yang sudah tua dan kering dapat digunakan sebagai sup atau salad.

Dikutip dari situs UNS, Dwi Ishartani, S.T.P., M.Si., sebagai dosen Ilmu Teknologi Pangan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengatakan bahwa ada cara mengolah sisa makanan yang perlu diperhatikan, diantara seperti:

1. Mungkin sudah dikenal oleh masyarakat bahwa jika masih ada nasi yang tersisa, masyarakat bisa mengolahnya dengan membuat nasi aking atau nasi yang akan dimasak dengan cara dikeringkan atau dijemur. 

2. Selain isinya, kulit buah juga memiliki manfaat misalnya dalam pembuatan sirup. Seperti kulit buah nanas, rambutan, dan buah naga. 

3. Buah yang terlalu dapat dimanfaatkan dengan cara dihancurkan menggunakan blender atau ditumbuk serta didinginkan.

4. Sisa makanan dari duri ikan, kulit udang, tulang, ataupun kepiting bisa dimanfaatkan sebagai pembuatan kaldu yang mudah diolah sederhana di rumah.  

(Riva Destira Ramadhani)

(Image Source : Waste4Change)