Benarkah Korsel Resesi Menguntungkan Bagi Indonesia?

 

Korea Selatan (Korsel) resmi memasuki jurang resesi pada kuartal II tahun 2020.

 

Hal ini merupakan pertama kalinya sejak 17 tahun terakhir resesi menghantam negeri tersebut.

 

Dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

 

Penurunan dari Korsel yang paling tajam dari sisi ekspor yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi.

 

Penyebab penurunan tak lain karena dampak pandemi virus corona atau Covid-19.

 

Anjloknya ekspor negeri gingseng ini karena kebijakan pemerintah setempat yang menerapkan pembatasan sosial demi mencegah penyebaran Covid-19.

 

Keputusan pemerintah Korea Selatan itu mengakibatkan lumpuhnya kinerja pabrik.

 

Bank of Korea mengatakan, ekonomi Korsel menyusut -3,3%. Itu adalah kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998. Angka itu juga lebih dalam dari perkiraan jajak pendapat yang digelar Reuters di angka -2,3%.

 

Benarkah hal tersebut akan menguntungkan Indonesia?

Peneliti Senior INDEF Aviliani menilai resesi ekonomi yang menghantam Korea Selatan tidak akan berdampak negatif bagi Indonesia dan justru menguntungkan Indonesia, terutama dari sisi investasi.

 

Akan semakin banyak perusahaan luar yang akan memindahkan investasinya dari Korsel ke Indonesia.

 

Terbukti dengan adanya beberapa perbankan masuk ke dalam negeri.

 

Jika Indonesia berhasil menghindari dari urutan resesi, rupiah berpotensi menjadi salah satu mata uang terkuat beriringan dengan masuknya investasi asing.

 

Maka itu apabila ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan positif pada triwulan III maka akan menjadi potensi besar masuknya dana-dana dari negara resesi termasuk Korea Selatan.

yhn/nab