Bahaya DBD Mengintai di Tengah Pandemi Virus Corona

Di tengah gelisahnya pandemik virus Corona, kini ada satu lagi hal yang perlu dikhawatirkan oleh warga Indonesia. Diberitakan oleh Kementerian Kesehatan bahwa wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) ikut melanda Indonesia dan patut mendapat perhatian. Saat ini, terlapor bahwa terdapat 70.418 kasus DBD, dan 458 kematian akibat DBD. Angka tersebut merupakan peningkatan drastis dari jumlah kasus di awal bulan Maret, yakni 34.351 kasus dan 212 kematian.

Walaupun demikian, jumlah kasus yang tercatat dari bulan Januari hingga Juli 2020 masih belum mengalahkan rekor di periode waktu yang sama di tahun 2019, dimana jumlah kasus menyentuh angka 105.222 dan jumlah kematian mencapai angka 727. Namun, hal ini tetap menjadi prihatin karena jumlah kasus yang tercatat melebihi kasus yang terjadi di tahun 2018.

Para petugas kesehatan telah mengerahkan kemampuannya untuk menangani kasus DBD dari bulan Januari. Namun, hal tersebut dipersulit dengan adanya pandemik virus Corona yang memiliki gejala yang mirip.

Kasus DBD umumnya meningkat ketika musim hujan. Sebab, nyamuk Aedes Aegypti, yakni nyamuk pembawa penyakit DBD, berkembang biak di lingkungan yang basah dan lembab, sehingga musim hujan menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk menetaskan telurnya dan menyebabkan lonjakan jumlah nyamuk.

Dalam konferensi pers mereka di tanggal 27 Juni 2020, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa setengah dari wilayah Indonesia masih akan mengalami musim hujan hingga 2 sampai 4 bulan kedepan. Mereka juga mengatakan bahwa daerah-daerah dengan curah hujan tinggi perlu mewaspadai potensi perkembangan nyamuk pembawa penyakit demam berdarah.

Kebanyakan dari kasus demam berdarah berlokasi di daerah Jawa Barat, dimana jumlah kasus saat ini mencapai 10.485 kasus. Daerah kedua dengan jumlah kasus terbanyak adalah Bali dengan jumlah kasus 8.930, diikuti oleh Jawa Timur dengan 5.781 kasus. Namun demikian, Kementerian Kesehatan mengatakan belum ada daerah yang mendeklarasikan darurat wabah DBD.

Umumnya, pemerintah akan mengandalkan fogging di setiap daerah untuk mengurangi resiko penyakt DBD. Namun dengan adanya pandemi virus Corona yang mengharuskan orang-orang untuk menetap di rumah, hal tersebut sulit untuk dilakukan.

 “Tantangannya karena situasi pandemi Covid-19 jadi tidak bisa dilakukan Fogging Focus karena masyarakat tinggal di rumah,” ujar Dinas Kesehatan Jawa Barat, Berli Hamdani pada 25 Juni 2020.

Ia juga menjelaskan bahwa fogging memiliki dampak fatal bagi kesehatan karena asap yang disemprotkan merupakan insektisida.

Beberapa hal yang saat ini dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan program 1R1J (1 Rumah 1 Jumantik), pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur), serta menaburkan bubuk lavarsida atau bubuk abate pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. (cpr/nab)

 

 

 

Referensi:

https://www.thejakartapost.com/news/2020/07/03/dengue-fever-cases-still-on-the-rise-despite-seasonal-change-in-some-regions.html

https://beritagar.id/artikel/infografik/alasan-dbd-meningkat-jelang-musim-hujan

https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=perkembangan-musim-kemarau-tahun-2020&tag=&lang=ID

https://news.okezone.com/read/2020/06/25/525/2236174/kasus-dbd-melonjak-pemprov-jabar-tak-bisa-fogging-karena-pandemi-covid-19