Mencari Titik Terang dari Jurnalisme Positif

“...Kompetisi cenderung menjadi usang. Kolaborasi merupakan jalan yang perlu dipilih. Tanpa orang lain, kita akan jatuh.”

Sejalan dengan dependensi manusia dengan dunia maya, media sosial terasa semakin dekat dan intens kehadirannya di tengah masyarakat sehari-hari. Setiap pagi, mata kita dipaksa menerima berbagai informasi lewat pancaran layar gawai yang dimiliki. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara akseleratif tampaknya memiliki berbagai dampak bagi manusia—mulai dari hal-hal positif dan mengandung wawasan, hingga yang kurang bermanfaat bagi para penikmat konten. Tentunya konten yang dikonsumsi ini memiliki pengaruh terhadap bagaimana kita memulai hari kita.

Dewasa ini, memiliki wawasan luas menjadi sebuah urgensi. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya pendidikan di tengah dunia yang semakin kompetitif. Tingginya kebutuhan masyarakat akan informasi mendesak media untuk terus memenuhinya. Kini, siapa saja dapat membagikan informasi apa saja, kapan saja, di mana saja. Sebagian masyarakat memilih menggunakan retorika satir untuk menginformasi pembaca, atau lainnya yang tetap berpedoman memberi informasi baik di masa ini.

Di situlah Media AkuTahu hadir—sebagai peron yang memelopori jurnalisme positif di Indonesia, sehingga masyarakat digital tetap terinformasi, namun tidak diselimuti dengan atmosfer buruk dunia. Media AkuTahu diinisiasi oleh Isnaeni Achdiat, konsultan senior di Ernst & Young Indonesia. Tujuan utama dari media ini adalah untuk memberikan wawasan bagi para penghuni digital Indonesia secara positif dan terbuka.

Setelah berproses bersama Media AkuTahu kurang lebih satu setengah bulan, terdapat banyak sekali esensi yang dapat dipetik dari setiap kegiatannya—cara menjadi tekun dan teliti, bekerja di bawah tekanan, menghargai pendapat orang lain, membaca setiap hari agar berwawasan luas, dan pelajaran tak ternilai lainnya. Kebetulan, saya diposisikan untuk belajar bersama tim AkuTahu dalam konten Superhero Pandemi.

Superhero Pandemi merupakan cerita berupa komik dengan figur-figur yang merepresentasikan harapan masyarakat Indonesia di tengah masa sulit pandemi Covid-19. Karakter di Superhero Pandemi seperti Cita (akronim dari cuci tangan), Jaja (jaga jarak), dan Kemas (pakai masker) mencoba untuk memberikan amplifikasi terhadap pesan protokol kesehatan untuk mengurangi risiko terkena Covid-19. Menurut saya, konsep ini sangat baik dikemas dengan memiliki pesan mulia terutama bagi khalayak muda. Di saat masa sulit ini, anak muda Indonesia membutuhkan sosok yang mereka damba. Tokoh Cita dan kawan-kawannya mencoba untuk menjadi sosok ini melalui komik Superhero Pandemi.

Selama magang, saya mengisi waktu saya dengan berdiskusi dengan tim Superhero Pandemi untuk menelisik skenario komik dari episode ke episode, panel ke panel. Meskipun di awal saya merasa seperti dikejar-kejar, ternyata adanya program ini saya belajar untuk lebih sabar. Sebab, mahakarya tentu tidak jadi begitu saja. Perlu ada yang namanya input atau masukan dari orang yang ahli di bidang tersebut, masukan ini kadang bersifat krusial.

Di sini saya belajar untuk menerima pendapat orang lain dan bekerja dengan orang lain. Kerap mata kita sendiri ceroboh dalam memperhatikan sesuatu. Kesalahan yang fatal mungkin terlewati, dengan penglihatan tambahan, kesempurnaan dirasa dekat untuk digapai. Di waktu seperti ini, kompetisi cenderung menjadi usang. Kolaborasi merupakan jalan yang perlu dipilih. Tanpa orang lain, kita akan jatuh.

Saya rasa untuk menuangkan cerita lima puluh satu hari ke dalam satu tulisan tidaklah efisien. Saya mendapat banyak sekali pengalaman di Media AkuTahu, mulai dari menjadi moderator di acara mutakhir AkuTahu mengenai semangat heroisme, membantu melakukan brainstorm dalam cerita Superhero Pandemi, serta bertukar informasi dengan para staf AkuTahu yang sangat kooperatif dalam mengarahkan saya. Seperti yang disebutkan di atas, Media AkuTahu merupakan one of its kind dan saya berharap yang terbaik untuk kelangsungan entitas ini, sehingga ke depannya tetap menjadi inspirasi dan sarana pembelajaran bagi anak muda di Indonesia.

Penulis           : Joshua Agustinus P. (Project Officer Intern)

Editor             : Alfida Rizky Febrianna