Indonesia Potensi Masuki Jurang Resesi, Pemerintah Siapkan Dua Skenario

Indonesia terancam untuk masuk ke jurang resesi ekonomi pada kuartal III 2020. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut resesi ekonomi terjadi jika pertumbuhan pada kuartal II dan III berturut-turut negatif. Ancaman resesi ini pun dikarenakan oleh pandemi virus Covid-19 di Indonesia yang tidak kunjung mereda.

 

Pada awal tahun ini, virus Covid-19 belum menjadi masalah di Indonesia sehingga pemerintah belum melihat virus sebagai ancaman yang serius.

 

Namun, setelah penyebaran virus sudah semakin parah, Pemprov DKI mulai memberlakukan PSBB pada tanggal 10 April. Kebijakan ini diambil karena ibu kota menjadi episentrum virus Covid-19 di Indonesia.

 

Selama masa PSBB, Pemprov DKI menutup seluruh aktivitas terkecuali di 8 sektor. Sektor-sektor tersebut adalah kesehatan, pangan, energi, komunikasi, distribusi barang, keuangan dan perbankan, kebutuhan sehari-hari, dan sektor industri strategis.

 

Setelah sejumlah daerah mulai memperlakukan PSBB, kegiatan perekonomian Indonesia menjadi terpuruk dikarenakan sejumlah aktivitas warga di luar rumah terhenti.

 

Kondisi ini terlihat dari turunnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 menjadi 2.97%. Pertumbuhan itu turun dibandingkan kuartal IV 2019 sebesar 4.97%.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa angka itu merupakan posisi terendah secara kuartal sejak 2001.

 

Setelah anjlok di kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi diprediksikan menjadi semakin terpuruk pada 3 bulan berikutnya hingga mencapai angka minus.

 

Bendahara negara beberapa kali merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 menjadi minus 3.8%.

 

"Di kuartal II ini, kita akan menghadapi tekanan yang tidak mudah. Kemungkinan kita akan menghadapi kondisi pertumbuhan ekonomi negatif, estimasi dari BKF (Badan Kebijakan Fiskal) 3,8 minus," ujar Sri Mulyani, Jumat (19/6), seperti dilansir dari cnnindonesia.com.

 

Sri Mulyani pun membeberkan 2 skenario untuk mengantisipasi resesi ekonomi tersebut.

 

Skenario pertama ialah pemerintah memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh positif pada kuartal III 2020, menjadi sekitar 1.4%. Ini berarti Indonesia bisa lepas dari jurang resesi pada kuartal berikutnya.

 

Skenario ini didasari oleh kebijakan pemerintah di beberapa daerah yang melangsungkan masa transisi dari PSBB ke new normal.

 

Kondisi new normal diharapkan bisa memperbaiki ekonomi dikarenakan dibukanya kembali kegiatan ekonomi masyarakat secara bertahap.

 

Stimulus pemerintah berupa dana penanganan Covid-19 sebesar Rp 695,2 triliun juga diharapkan mampu menopang daya beli masyarakat. Mayoritas bantuan, senilai Rp 203,9, triliun akan dialokasikan untuk perlindungan sosial.

 

Skenario kedua, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melanjutkan kontraksi di kuartal III 2020, yakni kisaran 1.4% sampai minus 1.6%.

 

Ini berarti Indonesia akan mengalami resesi ekonomi pada kuartal III 2020, lantaran pada kuartal II 2020 juga mengalami kontraksi.

 

Proyeksi ini muncul apabila masyarakat tidak melakukan konsumsi dalam jumlah yang signifikan pada masa transisi.

 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan berbagai upaya untuk mencegah resesi harus ditempuh dikarenakan resesi ekonomi memiliki dampak nyata kepada masyarakat. Salah satunya adalah peningkatan jumlah pengangguran.

 

Ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi minus seringkali ditandai dengan perlambatan produktivitas sektor produksi. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan terpaksa harus mem-PHK tenaga kerja mereka.

 

Selain peningkatan jumlah pengangguran, rantai pasokan (supply chain) dan daya beli masyarakat (khususnya UMKM) pun juga akan ikut terdampak.

 

Lembaga riset Morgan Stanley meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II dan III 2020 akan menjadi negatif.

 

Mengutip riset Morgan Stanley yang berjudul Asia Economic Mid-Year Outlook, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 diprediksikan minus hingga 5%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi diyakini masih negatif pada kuartal III dan IV 2020.

 

Morgan Stanley menilai Indonesia baru akan bangkit pada akhir 2020 atau kuartal I 2021 mendatang.

 

Meski demikian, pemerintah optimis bahwa laju perekonomian masih bisa positif pada kuartal IV 2020 karena masa puncak pandemi Covid-19 diyakini terjadi pada pertengahan tahun ini.

 

Dengan demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 adalah diantara 0.4% sampai 1%.

 

Untuk tahun depan, pemerintah optimis memasang target pertumbuhan sebesar 4.5% - 5.5%. Hal ini dikarenakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah mulai dilakukan pada paruh kedua tahun ini.(tsm/nab)